Indikator Pelayanan Rawat Jalan
INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT
(RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP)
A. Indikator Pelayanan Rumah Sakit Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan (ambulatory sevices) adalah salah satu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap. Kedalam pengertian pelayanan rawat jalan ini termasuk tidak hanya yang diselengarakan oleh sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim dikenal seperti Rumah Sakit atau klinik, tetapi juga yang diselenggarakan dirumah pasien serta dirumah perawat. (Azwar : 1979 )
Sesuai dengan perkembangan yang dialami, maka pada saat ini berbagai bentuk pelayan rawat jalan banyak diselenggarakan. Jika disederhanakan, berbagai bentuk tersebut dapat dibedakan atas dua macam (Feste, 1989).
1. Pelayanan rawat jalan oleh klinik Rumah Sakit
Bentuk pertama dan pelayanan rawat jalan adalah yang diselenggarakan oleh klinik yang ada kaitannya dengan Rumah Sakit (hospital based ambulatory care). Pada saat ini berbagai jenis pelayanan rawat jalan banyak diselenggarakan oleh klinik Rumah Sakit, yang secara umum dapat dibedakan atas empat macam.
a. Pelayanan gawat darurat (emergency services)
yakni untuk menangani pasien yang membutuhkan pertolongan segera dan mendadak.
b. Pelayanan rawat jalan paripurna (comprehensive hospital outpatient services)
yakni yang memberikan pelayanan kesehatan paripurna sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Pelayanan rujukan (referral services)
yakni yang hanya melayanani pasien yang dirujuk oleh sarana kesehatan lain. Biasanya untuk diagnosis atau terapi, sedangkanperawatan selanjutnya tetap ditangani oleh sarana kesehatan yang dirujuk.
d. Pelayanan bedah jalan (ambulatory surgery services)
yakni yang memberikan pelayanan bedah yang dipulangkan pada hari yang sama.
Dapat ditambahkan bahwa yang termasuk dalam katagori pelayanan rawat jalan bentuk pertama ini, tidak hanya diselenggarakan di Rumah Sakit saja, tetapi juga yang diselenggarakan oleh klinik lain yang di luar Rumah Sakit. Dengan catatan klinik lain tersebut harus mempunyai hubungan organisatoris dengan Rumah Sakit, dalam arti merupakan perpanjangan tangan dari Rumah Sakit yang bersangkutan (satelite clinic).
2. Pelayanan rawat jalan oleh klinik mandiri
Bentuk kedua dari pelayanan rawat jalan adalah yang diselenggarakan oleh klinik yang mandiri yakni yang tidak ada hubungan organisatoris dengan Rumah Sakit (free standing ambulatory centers). Bentuk klinik mandiri ini banyak macamnya yang secara umum dapat dibedakan atas dua macam.
a. Klinik mandiri sederhana
Bentuk klinik mandiri sederhana (simple free standing ambulatory centers) yang populer adalah praktek dokter umum dari atau praktek dokter spesialis secara perseorangan (solo practitioner). Untuk Indonesia ditambah lagi dengan praktek bidan.
b. Klinik mandiri institusi
Bantuk klinik mandiri institusi (institutional free standing ambulatory centers) banyak macamnya. Mulai dari praktek berkelompok (group practitioner), poliklinik (clinic), BKIA (MCH center), PUSKESMAS (community health center) dan di Amerika Serikat ditambahkan dengan HMOs dan PPOs.
3. Indikator untuk mengetahui Proporsi Penyakit Rawat Jalan di Puskesmas
RUMUS = x K
X : Jumlah kasus penyakit tertentu pada pasien rawat jalan di Puskesmas pada periode waktu tertentu.
Y : Jumlah seluruh kasus penyakit pasien rawat jalan di Puskesmas pada periode waktu yang sama.
K : 100
Catatan penyakit-penyakit yang proporsinya menduduki peringkat satu sampai dengan dua puluh dianggap sebagai penyakit utama pada pasien rawat jalan di Puskesmas tersebut.
Contoh soal :
Kunjungan kasus baru penyakit Diare penderita rawat jalan di Puskesmas Sukoharjo pada tahun 2010 tercatat 20.000 kasus. Kunjungan kasus baru penderita rawat jalan seluruh penyakit tersebut tercatat 50.000. Jadi berapakah proporsi penyakit Diare tersebut?
Dengan menggunakan rumus di atas diperoleh hasil sebagi berikut.
x 100% = 40 %
4. Indikator untuk mengetahui Proporsi Penyakit Rawat Jalan Rumah Sakit
RUMUS : x K
X : Jumlah kasus baru penyakit tertentu pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit pada periode waktu tertentu.
Y : Jumlah seluruh kasus baru penyakit pasien rawat jalan di Rumah Sakit pada periode waktu yang sama.
K : 100
Catatan penyakit-penyakit yang proporsinya menduduki peringkat satu sampai dua puluh sebagai penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit.
Contoh soal :
Kunjungan kasus baru penyakit Appendicitis penderita rawat jalan di Rumah Sakit Bhakti Husada pada tahun 2008 tercatat 25 kasus. Kunjungan kasus baru penderita rawat jalan seluruh penyakit tercatat 2000. Jadi berapakah penyakit Appendiciris tersebut?
Dengan menggunakan rumus di atas diperoleh hasil sebagai berikut.
x 100% = 1,25 %
5. Statistik Pelayanan Rawat Jalan
Statistik pasien rawat jalan perlu dikumpulkan dengan konsisten, menggunakan definisi yang standar untuk memperbolehkan penyeragaman pelaporan dan membandingkan diantara fasilitas yang sama. Layanan rawat jalan disediakan dalam fasilitas dari dokter praktik bersama, pusat operasi jalan, pusat gawat darurat, pusat kesejahteraan keluarga. Banyak tipe-tipe statistik yang sama seprti Rumah Sakit, berdasarkan pada pusat layanan rawat jalan apabila dikalkulasikan. Beberapa fasilitas rawat jalan (misalkan organisasi pemilaharan kesehatan) mengutamakan layanan kesehatan yang berupa pencegahan dengan tambahan layanan kesehatan yang berupa pencegahan dengan tambahan layanan pengobatan banyak kunjungan konsultasi, dan pelayanan yang lain apabila dikalkulasikan untuk tiap-tiap kategori guna menghasilkan data-data yang berarti untuk managemen pembuatan kebijakan dan kontrol.(Rusyanto : 2010)
a. Indikator untuk menghitung rata-rata kunjungan per hari
Hari buka klinik
Contoh soal
Diketahui : Jumlah kunjungan pasien = 500 pasien
Hari buka klinik = 6 hari
Hari libur = 66 hari dalamsetahun
Hari efektif = 365 – 66 hari = 299 hari
Ditanya : rata-rata kunjungan/hari ?
Jawaban : Rata- rata kunjungan/hari
= Jumlah kunjungan pasien
299
= 1,67pasien/hari
b. Indikator untuk menghitung rata-rata kunjungan baru per hari
Hari buka klinik
Contoh soal
Diketahui : Hari buka klinik: 6 hari
Hari libur: 66 hari dalam setahun
Hari efektif : 365 – 66 hari = 299 hari
Jumalah kunjungan baru : 3.397 pasien
Jawaban : Angka kunjungan baru terhadaphari buka klinik
Hari buka klinik
299
= 11,36 pasien/har
Rumus : Jumlah pasien rawat jalan
Jumlah penduduk sekitar rumah sakit
Contoh soal :
Diketahui : Jumlah penduduk sekitar Rumah Sakit = 2.000.000
Jumlah pasien rawat jalan = 69.025
Rasio pasien rawat jalan dengan penduduk
Jumlah penduduk sekitar rumah sakit
2.000.000
= 0,03
B. Indikator Pelayanan Rumah Sakit Rawat Inap
Rawat inap adalah adalah salah satu bentuk proses pengobatan atau rehabilitasi oleh tenaga pelayanan kesehatan profesional pada pasien yang menderita suatu penyakit tertentu dengan cara diinapkan diruang rawat inap tertentu sesuai dengan jenis penyakit yang dialaminya.
Sensus harian dilakukan untuk mengetahui jumlah layanan yang diberikan kepada pasien selama 24 jam.(Huffman:1994). Sensus harian menjadi dasar dalam pelaksanaan pembuatan laporan rumah sakit yang kegiatannya dihitung mulai jam 00.00 sampai dengan 24.00 setiap harinya. (Departemen Kesehatan RI:1997).
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efesiensi pelayanan rumah sakit. Indkator-indikator berikut bersebut bersumber dari sensus harian rawat inap. Beberapa bentuk pengolahan data antara lain penghitungan BOR, LOS, TOI, BTO, NDR, dan GDR. Penghitungan dapat dilakukan secara manual. Hasil penghitungan dapat disajikan dalam bentuk grafik yaitu “Grafik Barber Johnson”. Grafik Barber Johnson ditemukan pada tahun 1973 oleh Bany Barber dan David Johnson. Grafik Barber Johnson ini dapat memberikan informasi yang berguna dalam peningkatan mutu asuhan kesehatan sesuai yang diharapkan dalam segi fasilitas maupun pelayanan. Berikut manfaat Grafik Barber Johnson (indikator-rumah-sakit.html : 2014)
1. Alat untuk menentukan tingkat efisiensi pengolahan Rumah Sakit khususnya pendayagunaan saranan tempat tidur.
2. Membantu dalam menganalisa dan mengambil keputusan.
3. Memonitor kegiatan dan perbandingan dalam kurun waktu tertentu.
4. Melihat perkembangan kegiatan Rumah Sakit dalam beberapa tahun.
5. Perbandingan kegiatan antar Rumah Sakit atau antar bagian dalam Rumah Sakit.
6. Peneliti akibat perubahan kebijaksanaan.
7. Mengecek kesalahan laporan BOR, LOS, TOI, BTO.
Menurut WHO (1981) indikator adalah variabel yang membantu dalam mengukurperubahan-perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Depkes RI (2005), indikator rumah sakit terbagi menjadi :
1. BOR (Bed Occupancy Rate)
Bed Occupancy Rate (BOR) adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Angka ini didefinisikan sebagai rasio hari layanan rawat inap terhadap jumlah tempat tidur pada hari tersebut dan umumnya dinyatakan dalam presentase (%). Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur di Rumah Sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60 – 85 %. (Rusyanto : 2010 )
Rumus BOR :
Bila lebih dari 85 % :
a. Pelayanan yang dijalankan dokter, perawat dan lain-lain kurang efektif, karena beban kerja tinggi
b. Ruang kerja terbatas
c. Penggunaan yang berlebihan fasilitas sumber daya
d. Meningkatkan kesulitan pasien memperoleh perawatan yang layak yang dibutuhkan
e. Perpanjangan masa penyembuhan
2. AvLOS (Average Lenght of Stay)
Average length of Stay (AvLOS) yaitu rata – rata lama dirawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut. Rata – rata lama tinggal mencerminkan rata – rata lama dirawat seorang pasien yang sudah pulang selama periode yang dihitung. Rata – rata lama perawatan untuk pasien baru lahir dilaporkan secara terpisah. Secara umum nilai AvLOS yang ideal antara 6-9 hari. ( Rusyanto : 2010 )
Rumus AvLOS :
3. TOI (Turn Over Interval)
Turn Over Interval (TOI) adalah rata – rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah terisi kesaat terisi berikutnya (interval waktu luang pemakaian tempat tidur antar dua pasien yang berbeda). Indikator ini juga memberikan gambaran tingakat efisiensi penggunaan tempat tidur. Ideal tempat tidur kosong / tidak terisi ada pada kisaran 1 – 3 hari.(Rusyanto : 2010 )
Rumus TOI :
4. BTO (Bed Turn Over)
Bed Turn Over yaitu jumlah pengguna rata – rata satu tempat tidur dalam satu periode. Angka ini menunjukan efek bersih perubahan angka penggunaan tempat tidur dan lama dirawat, biasanya tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu (dalam periode 1 (satu) tahun). Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi pada pemakaian tempat tidur. Ideal dalam satu tahun, satu tempat tidur rata – rata dipakai 40 – 50 kali.(Rusyanto : 2010 )
Rumus BTO :
5. LOS (Length Of Stay)
Length Of Stay (LOS) adalah jumlah hari pasien tinggal di Rumah Sakit, sejak masuk sampai keluar. Data lama tinggal sangat penting didalam mengevaluasi dan mengelola sumber daya Rumah Sakit. Untuk menghitung LOS tanggal keluar – tanggal masuk, dan kalau tanggal sama maka dianggap sebagai satu hari perawatan. Length Of Stay (LOS) / lama dirawat adalah hari sejak masuk sampai keluar. (Rusyanto : 2010 )
Rumus LOS :
6. NDR (Net Death Rate)
Net Death Rate (NDR) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap – tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di Rumah Sakit. Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditorerir adalah kurang dari 25/1000. (Rusyanto : 2010 )
Rumus NDR :
7. GDR (Gross Death Rate)
Gross Death Rate (GDR) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Nilai GDR sebaiknya tidak lebih 45/1000 penderita keluar. ( Rusyanto : 2010)
Rumus GDR :
Contoh soal :
Pada Rumah Sakit Bhakti Bulan pada bangsal Arofah selama 3 bulan terdapat pasiesn awal berjumlah 1261 dan ada pasien yang masuk sebanyal 196 dan ada 56 pasien pindahan dari bangsal lain dan 73 pasien dipindahkan kebangsal lain. Dari bangsal tersebut ada pasien keluar hidup 142 dan keluar mati >48 jumlah 3 pasien dan <48 jumlah 2 pasien. Juamlah lama dirawat selama priode tersebut adalah 817 hari dan pasien sisa atau hari perawatan 1242 pasien.Dari data tersebut buatlah BOR, LOS, TOI, BTO, GDR, dan NDR ?
Diketahui : Jumlah TT = A = 30
Rerata TT terpakai = O
O = Hari Perawatan
Waktu
Hari perawatan = 1242
Waktu = t = 90
Pasien keluar H+M = D = 147
Ditanya : 1. BOR ?
2. LOS ?
3. TOI ?
4. BTO ?
5. NDR ?
6. GDR ?
Jawaban :
a. BOR = X 100
O = =
= 13,8
BOR = X 100
= 0,46 X 100
= 46 %
b. LOS=
=
=
= 8,44 hari
c. TOI= (A-O) X
= ( 30 – 13,8 ) X
= 76,2 X 0,6
= 9,9 hari.
d. BTO=
= = 4,9 kali
e. NDR = X 1000 %o
= X 1000 %o
= 0,020 X 1000 %o
= 20,40 %o
f. GDR= X 1000 %o
= X 1000 %o
= 0,034 X 1000 %o
= 3,40 %o
8. Grafik Barber Johnson
Pada tahun 1973, Barry Barber, M.A., PhD., Finst P., AFIMA dan David Johnson, M.Sc berusaha merumuskan dan memadukan empat parameter untuk memantau dan menilai tingkat efisiensi penggunaan TT untuk bangsal perawatan pasien. Keempat parameter yang dipadukan tersebut yaitu BOR, ALOS, TOI dan BTO. Perpaduan keempat parameter tersebut lalu diwujudkan dalam bentuk grafik yang akhirnya dikenal sebagai grafik Barber-Johnson.
a. Cara Membuat Grafik Barber Johnson
Ketentuan-ketentuan yang harus diingat waktu membuat grafik Barber Johnson yaitu:
1) Skala pada sumbu horisontal tidak harus sama dengan skala sumbu vertikal.
2) Skala pada suatu sumbu harus konsisten.
3) Skala pada sumbu vertikal dan horizontal dimulai dari angka 0 dan berhimpit membentuk koordinat 0,0.
4) Judul grafik harus secara jelas menyebutkan nama Rumah Sakit, nama bangsal (bila perlu), dan periode tertentu.
5) Garis bantu BOR dibuat dengan cara :
a) Tentukan nilai BOR yang akan dibuat garis bantunya, misalnya BOR = 75 %
b) Tentukan koordinat titik bantu BORnya sesuai nilai BOR tersebut , misalnya untuk BOR 75 % maka koordinat titik bantunya adalah :
(1) LOS = nilai BOR dibagi 10 = 75/10 – 7,5 dan
(2) TOI = 10 – nilai LOS = 10 – 7,5 = 2,5
(contoh lain, untuk membuat garis bantu BOR = 60% maka koordinat titik bantunya adalah LOS = 6 dan TOI = 4 ).
c) Tarik garis mulai dari koordinat 0,0 melewati titik bantu BOR tersebut.
d) Beri keterangan, misalnya bahwa garis tersebut adalah BOR = 75 %.
6) Garis bantu BTO dibuat dengan cara :
a) Tentukan nilai BTO yang akan dibuat garis bantunya, misalnya BTO = 10.
b) Tentukan titik bantu disumbu LOS dan TOI (nilainya sama) dengan cara :
Titik bantu = (jumlah hari pada periode laporan) dibagi (nilai BTO) = 30/10 = 3 , Jadi lokasi titik bantunya adalah LOS = 3 dan TOI = 3.
(Contoh lain, untuk membuat garis bantu BTO = 20 untuk periode tribulan I maka titik bantunya adalah LOS = 4,5 dan TOI = 4,5. Angka 4,5 ini didapat dari 90/20, dimana 90 adalah jumlah hari dalam periode tribulan I dan 20 adalah nilai BTO yang akan dibuat garis bantunya).
c) Tarik garis yang menghubungkan kedua titik bantu tersebut.
d) Beri keterangan, misalnya bahwa garis tersebut adalah BTO = 10.
7) Daerah efisiensi dibuat dan merupakan daerah yang dibatasi oleh perpotongan garis :
a) TOI = 1
b) TOI = 3
c) BOR = 75%
d) LOS = 12
Komentar
Posting Komentar