Farmakologi Hipertensi
A. HIPERTENSI
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu kondisi kronik dimana tekanan darah arteri sistemik meningkat melebihi ambang normal. Tekanan darah di nilai baik dari tekanan darah pada saat kondisi diastole maupun sistol. Tekanan darah normal berkisar 60-80 mmHg untuk diastole, dan 90-120 mmHg untuk sistol.Penderita dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darahnya lebih 90 mmg untuk diastole, dan 140 untuk sisto. Sedangkan pada kisaran 80-90 mmHg pada diastole, dan 120-140 pada sistol termasuk kondisi prehipertensi. Pada kondisi ini penderita, harus mulai melakukan terapi non farmakologi dan mencegah aktifitas yang dapat meningkatkan tekanan darah (Nugroho, 2011).
Klasifikasi Hipertensi : (Syamsudin, 2011)
a. Hipertensi Esensial
Adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologi yang jelas.Penyebabnya multifaktorial meliputi faktor genetika danlingkungan.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder meliputi 5-10 % kasus hipertensi.Termasuk kelompok ini antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal (hipertensi renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat-obatan dan lain-lain.
B. TERAPI FARMAKOLOGI PENYAKIT HIPERTENSI
Tujuan terapi obat adalah penggunaan obat secara tunggal atau secara kombinasi untuk mengembalikan tekanan darah arteri ke level normal dengan efek samping sekecil mungkin (Syamsudin, 2011)
Manfaat terapi hipertensi adalah untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular yaitu stroke, iskemia jantung, gagal jantung kongestif, dan memberatnya hipertensi. Pada prinsipnya, pengobatan hipertensi dilakukan secara bertahap.
Obat antihipertensi yang dapat digunakan, sebagai berikut :(Setiwati dan Bustami, 2001)
1. Hipertensi ringan dan sedang
Sebagai antihipertensi tahap pertama baik JNC-V (1992) maupun WHO/ISH (1993) merekomendasikan monoterapidengansalah satu dari 5 golongan obat berikut : diuretic (Hidroklorotiazid, klortalidon,, bendroflumetazid), β Bloker (asebutolol, atenolol, bisoprolol), penghambat ACE (Kaptopril, Lisinopril, Enalapril), antagonis kalsium (verapamil, diltiazem, nifedipin) dan α Bloker.
Dalam kombinasi Antihipertensi biasanya digunakan diuretic sebagai obat pertama atau kedua, kerena obat ini akanmeningkatkan efek antihipertensi semua Antihipertensi lainnya, kecuali kalsium antagonis yang efeknya hanya sedikit/tidak ditingkatkan. Diuretik akan sinergik dengan efek antihipertensi penghambat ACE serta meningkatkan efek β Bloker, αBloker, vasodilator langsung, adrenolitik sentral dan penghambat saraf adrenergic.
2. Hipertensi berat dan sangat berat
Monoterapi jarang mencukupi. Penderita dengan hipertensi tingkat 4 (Tekanan darah diastole ≥120 mm Hg) perlu segera diobati, dan bila ada kerusakan organ sasaran segera di bawa ke rumah sakit.
3. Hipertensi Sistolik
Adalah hipertensi dengan tekanan darah distol normal (< 90 mmHg) dan tekanan darah sistol tinggi (≥ 140 mm Hg). Mula-mula diterapkan modifikasi pola hidup untuk menurunkan tekan darah sistol yang meningkat ini. Tetapi bila tekanan darah sistol menetap ≥ 160 mm Hg, obat antihipertensi mulai diberikan.
4. Hipertensi resisten
Hipertensi dapat dianggap resisten apabila tekanan darah awal ≥180/115 mm Hg tidak dapat diturunkan sampai < 160/100 mm Hg denga kombinasi 3 antuhipertensi dosisi hamper maksimal pada penderita yang patuh makan obat.
Kombinasi Antihipertensi harus atas sedikitnya 3 antihipertensi dari golongan yang berbeda, dengan salah satu diantaranya adalah diuretic.
5. Krisis Hipertensi (Hipertensi Darurat dan hipertensi mendesak)
Hipertensi darurat adalah keadaan yang memerlukan penurunan tekan darah dengan segera (dalam waktu 1 jam, tidak perlu sampai normal) untuk mencegah atau membatasi kerusakan organ sasaran, biasanya dengan terapi parenteral. Contohnya, ensefelopati, hipertensif, perdarahan intracranial.
Hipertensi mendesak adalah keadaan yang menghendaki penurunan tekanan darah dalam waktu 24 jam, biasanya menggunakan obat oral. Contohnya, hipertensi akselerasi-maligna (tekanan darh distol >140 mm Hg disertai dengan pendarah dan eksudat pada retina dan udem pupil) tanpa gejala-gejala yang berat atau komplikasi organ sasaran yang progresif.
Obat-obat yang digunakan yaitu,
a. Vasodilator parenteral (Na nitroprusid, nitrogliserin, diazoksid, hidralazin, dan enalaprilat).
b. Penghambat adrenergic parenteral (fentolamin, trimetafan, labetalol, metildopa)
c. Obat oral (nifedipin biasa, kaptopril, klonidin, dan labetalol)
6. Hipertensi pada usia lanjut
Pemberian antihipertensi pada usia lanjut harus hati-hati, sehingga pada pemberian obat yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Obat-obat yang dapat menimbulkan hipotensi ortostatik, yakni guanetidin, guanadrel, αBloke, dan labetalol, sebaiknya dihindarkan atau bila perlu diberikan dengan hati-hati
b. Tekanan darah diturunkan perlahan-lahan dengan cara, dosis awal lebih rendah dan peningkatan dosis yang lebih kecil dengan interval yang lebih panjangdari bias any pada penderita yang lebih muda.
c. Pilihan antihipertensi harus secara individual, berdasarkan adanya kondisi penyerta.
Pilihan untuk hipertensi tanpa komplikasi adalah dosis rendah diuretic atau antagonis kalsium, misalnya HCT 12,5mg/hari.
7. Hipertensi pada kehamilan
Terdiri dari :
a. Hipertensi esensial kronik, telah ada sebelum hamil atau telah terdiagnosis sebelum kehamilan minggu ke-20. Diuretik atau antihipertensi lain kecuali penghambat ACE boleh diteruskan apabila telah digunakan sebelum kehamilan.
b. Metildopa dan beta-bloker efektif serta aman bila digunakan pada akhir kehamilan, tetapi penggunaan pada awal kehamilan mengganggy pertumbuhan fetus.
c. Hipertensi kronik dengan preeklamasi, bila kelahiran tidak diharapkan dalam 24 jam, diberikan obat oral, yakni metildopa. Hidralazin,, antagonis kalsium, beta bloker, dan labetolol merupakam obat tambahan atau obat pengganti. Bila kelahiran akan segera terjadi, diberikan antihipertensi parenteral, hidralazin intravena.
Komentar
Posting Komentar